Kotak Kuning
Entertainning Blog
Rabu, 08 Juli 2020
JALAN
Rabu, 24 Juni 2020
KOSONG satu EMPAT LIMA
Selasa, 25 Juni 2019
Kita yang Berbeda
Waktu yang sudah berlalu memang menjadi sesal saat ini.
Mengisahkan Kita bertujuan namun Tak sampai.
Dimulai dari saling berjanji, saling mencintai, saling memiliki hingga kini saling tuding.
Permulaan indah yang berakhir pilu Dan berhasil membuatku membeku.
Tertegun malu.
Tertunduk menyesal.
Merangkak pilu.
Tudingan karena rasa Tak percaya, hingga Luka yang Tak terobati hingga kini.
Menjadi bangkai yang membusuk dalam hati.
Tak terlupa dengan ku sejak awal janji yang menguatkanku hingga aku percaya bahwa dunia ini milik Kita.
Kuajak kau menghias malam, bercengkrama dengan senja Dan mengukir senyum disetiap pagi. Tak jarang Pula, mengitari dunia, berbagi cerita hingga saling berbagi kasih sayang.
Sirna.
Siapa salah, siapa benar sudah Tak patut kita pertanyakan.
Semua sudah terjadi, aku belajar merelakan.
Merelakan keterpurukan ku.
Merelakan sesalku.
Merelakanmu jauh dari sisi agar kau dapat yang lebih sempurna.
Mimpimu berbeda dengan mimpiku.
Jalanmu berbeda dengan jalanku.
Caramu berbeda dengan caraku.
Tak Ada yang Sia Sia,
Kita sudah sama sama berjuang.
Tapi sampai disinilah aku Dan kamu.
Yang memang tidak menjadi kita yang satu.
Karena aku buka pilihanmu yang sebenarnya.
Selasa, 19 Februari 2019
Dua Tiga Empat Enam - Terimakasih
Malam gemerlap penuh bintang Dan lengkap dengan sinaran bulan. Sebatang asa yang sedikit Demi sedikit terkikis terbawa angin rasa.
Hilang sudah sebagian itu,
Bersama air mata kerinduan.
Kalut ku meluap hingga melembabkan Tanah,
Lalu mengering meresap tanah.
Malam gemerlap ku datangi persinggahan itu.
Segenggam kesedihan ku tabur ke tanah subur.
Hilang sudah sebagian lagi,
Bersama sesal yang Tak terobati.
Bintang semula hadir,
Kini meredupkan mimpiku.
"Aku diatas penderitaanmu, ku ikat ekormu erat-erat hai kera Tak berbulu !. Kau makan saja kulit pisang itu !."
Malam, hilang, dusta & penghianatan bintang.
Ceritakan saja semua kepada semesta.
Hujani dengan cahaya semu.
Ini ceritamu, kau gores sesukamu.
Ingat Saat nanti, waktu lebih tajam menusuk batang lehermu hingga menembus kerongkongan mu.
Tak Ada lagi kebohongan Dan kesombonganmu.
Itu !, Baru keadilan.
Kamis, 13 Desember 2018
Senja Buta
Ku Cari lagi di dalam usangnya lemari ku.
Bertumpuk berkas - berkas administrasi yang Tak kurapikan.
Ku usap lagi tutupnya. Lalu KU buka, Dan aku melihat kesah ku.
Pelarian terbaik di senja ini setelah aku membuangnya walau Tak jauh.
Setahun, waktu yang cukup aku berkelana.
Belajar mendewasakan diri, berkomitmen dengan waktu untuk menemani senja tanpa keluh kesah Dan tidak membuatnya menjadi kelam.
Masih di sisi yang sama,
Aku kembali menuangkan kegusaran ini.
Ku hentakkan jari jari ini sebagai gambaran senja itu.
Indah, namun buta bagiku.
Aku menantinya, selalu.
Disepulangnya aku dari aktifitasku.
Menembus debu jalanan dengan penuh suka kebahagiaan.
"Akulah yang selalu Ada untukmu Dan akulah orang yang Akan membahagiakanmu" kubawakan jus kesukaannya, namun ditumpahkannya.
Entah, singkat cerita aku kehabisan Cara untuk meraih senja ini.
Aku juga ingin diperlakukan sebagaimana para pencinta memperlakukan cintanya.
Lelah, ku berharap. Namun adzan maghrib menguatkan. Memanggil, berbisik lirih, "kembalilah kepada tuhanmu, esok Kan kau dapati senja yang baru".
Aku kembali kepada tuhan bukan untuk yang baru.
Aku Akan kembali menepati janjiku.
Aku juga akan bertahan hingga senja benar benar sudah tiada.
Sabtu, 27 Mei 2017
NOL EMPAT TIGAPULUH - Rindu ???
Seperti baru ingin memulai, tapi tanpa sadar ini sudah berjalan, Sering sekali terlupakan, sepenggal lirik dalam nyanyian rindu.
Sajak - sajaknya usang terkikis angin musim.
Alot berkandung asam.
Resah terhadap kekakuan.
Rumus itu turunan,
Sastra itu keindahan.
Sebaiknya tidak perlu memperdebatkan keduanya.
Hanya saja perlu sudut pandang yang berbeda untuk bisa menikmati rona dari keduanya.
Bertanam tanpa bibit.
Bersemi tanpa musim.
Petik saja nanti,
Ketika sudah bermekaran.
Simpan disebelah edelweiss mu.
Ini sama abadinya.
Irul audias
Senin, 06 Maret 2017
Dua tiga Nol Enam
Tubuh yang berselimut lelah.
Terbaring menghampar diatas kerinduan.
Otak dan hati yang terus mempertentangkan rasa dan arah.
Jemari ku genggam erat sebuah harapan.
Tatapan sayu yang masih menerawang.
Bait bait kehidupan
Rasa yang selalu terbayang.
Yang terbawa hanyut dalam sebuah tulisan.
Khalil Ghibran (cinta)
"Pabila cinta menggamitmu,
Ikutlah ia walau jalan-jalannya sukar dan curam.
Pabila ia mengepakkan sayap-sayapnya,
Engkau Serahkanlah dirimu kepadanya.
Walaupun pedang yang tersisip pada sayapnya akan melukakan kamu."
Bibir bergumam kaku membacanya.
Menyadarkan mimpi usang.
Mendobrak akal yang tidak sehat.
Ibarat bom waktu yang terus meneror ruang kehidupan.
Sayang disayang rasa takut berkilauan.
Semakin terang jalan kehancuran.
Semakin gelap kabut harapan.
Menghamba hati dengan keadaan.
Diri yang semakin memuakkan.
Pengecut!
Rentan!
Keras kepala!
Membuntu jalan sendiri.
Menyombongkan kebinasaan diri.
Kucing kucing kampung terdengar meraung.
Memecah hening malam.
Entah apa yang terlintas.
Dengan lelah dan kerinduan yang gila ini.
Inspired by khalil Ghibran (cinta)