Rabu, 08 Juli 2020

JALAN

Rasanya baru kemarin
Rasa rasa saja
Kemudian hilang.
Hilang saja

Rasa rasa Akan berjaya
Rasa rasa saja
Kemudian hancur
Sehancur hancurnya.

Fikir fikir sudah bearti
Fikir fikir saja
Kemudian mati dalam fikiran
Matikan saja fikiran

Angan angan akan berarti
Angan saja
Kemudian lepas dibawa angin
Hanya angin

Rasa saja kemudian hancur
Fikir saja kemudian kubur

Jangan harap harap
Jangan sawang sinawang
Hidup saja, jangan mati
Kubur lagi.

Rabu, 24 Juni 2020

KOSONG satu EMPAT LIMA

Bahasa apa yang harus aku ucap.
Di keadaan yang membalik mimpiku.
Lagi Dan lagi.
Tak banyak yang bisa ku sampaikan.
Aku dituntut bersalah dalam kasus ini.
Aku dituduh berbohong.
Aku dianggap ingkar Dan dusta.
Setelah apa yang aku rundingkan kini menjadi wasiat sakral.
Ku fikir Akan Ada perundingan lagi.
Agar mufakat dan tidak timpang.
Namun jalan lain memotong haluan ini.
Hingga sampai dipersimpangan yang membuat bingung.
Aku yang mendusta atau Aku berdusta Karena Aku didustai sebelumnya.
Hingga dusta dusta dusta dusta dusta dusta.

Aku terlalu bermimpi untuk menembus jalan ini.
Ku lihat kotak bekal ku kosong.
Hilang.
Yang awalnya aku dibekali keyakinan Dan kepercayaan agar Aku tidak Haus Dan kelaparan. Namun akhirnya aku pun harus menahan dahaga rindu, meremas perut kosong meredam sakitnyaa hampa.
Mata cekungku menatao kosong ditengah persimpangan ini.


Kosong kosong kosong

Aku mentertawakan diri mu sendiri
Sekarang hancur
Puas !

Selasa, 25 Juni 2019

Kita yang Berbeda

Waktu yang sudah berlalu memang menjadi sesal saat ini.
Mengisahkan Kita bertujuan namun Tak sampai.

Dimulai dari saling berjanji, saling mencintai, saling memiliki hingga kini saling tuding.

Permulaan indah yang berakhir pilu Dan berhasil membuatku membeku.
Tertegun malu.
Tertunduk menyesal.
Merangkak pilu.

Tudingan karena rasa Tak percaya, hingga Luka yang Tak terobati hingga kini.
Menjadi bangkai yang membusuk dalam hati.

Tak terlupa dengan ku sejak awal janji yang menguatkanku hingga aku percaya bahwa dunia ini milik Kita.

Kuajak kau menghias malam, bercengkrama dengan senja Dan mengukir senyum disetiap pagi. Tak jarang Pula, mengitari dunia, berbagi cerita hingga saling berbagi kasih sayang.

Sirna.

Siapa salah, siapa benar sudah Tak patut kita pertanyakan.
Semua sudah terjadi, aku belajar merelakan.
Merelakan keterpurukan ku.
Merelakan sesalku.
Merelakanmu jauh dari sisi agar kau dapat yang lebih sempurna.

Mimpimu berbeda dengan mimpiku.
Jalanmu berbeda dengan jalanku.
Caramu berbeda dengan caraku.
Tak Ada yang Sia Sia,
Kita sudah sama sama berjuang.
Tapi sampai disinilah aku Dan kamu.
Yang memang tidak menjadi kita yang satu.
Karena aku buka pilihanmu yang sebenarnya.

Selasa, 19 Februari 2019

Dua Tiga Empat Enam - Terimakasih

Malam gemerlap penuh bintang Dan lengkap dengan sinaran bulan. Sebatang asa yang sedikit Demi sedikit terkikis terbawa angin rasa.

Hilang sudah sebagian itu,
Bersama air mata kerinduan.
Kalut ku meluap hingga melembabkan Tanah,
Lalu mengering meresap tanah.

Malam gemerlap ku datangi persinggahan itu.
Segenggam kesedihan ku tabur ke tanah subur.

Hilang sudah sebagian lagi,
Bersama sesal yang Tak terobati.
Bintang semula hadir,
Kini meredupkan mimpiku.

"Aku diatas penderitaanmu, ku ikat ekormu erat-erat hai kera Tak berbulu !. Kau makan saja kulit pisang itu !."

Malam, hilang, dusta & penghianatan bintang.
Ceritakan saja semua kepada semesta.
Hujani dengan cahaya semu.

Ini ceritamu, kau gores sesukamu.
Ingat Saat nanti, waktu lebih tajam menusuk batang lehermu hingga menembus kerongkongan mu.
Tak Ada lagi kebohongan Dan kesombonganmu.

Itu !, Baru keadilan.

Kamis, 13 Desember 2018

Senja Buta

Ku Cari lagi di dalam usangnya lemari ku.
Bertumpuk berkas - berkas administrasi yang Tak kurapikan.

Ku usap lagi tutupnya. Lalu KU buka, Dan aku melihat kesah ku.
Pelarian terbaik di senja ini setelah aku membuangnya walau Tak jauh.

Setahun, waktu yang cukup aku berkelana.
Belajar mendewasakan diri, berkomitmen dengan waktu untuk menemani senja tanpa keluh kesah Dan tidak membuatnya menjadi kelam.

Masih di sisi yang sama,
Aku kembali menuangkan kegusaran ini.
Ku hentakkan jari jari ini sebagai gambaran senja itu.

Indah, namun buta bagiku.
Aku menantinya, selalu.
Disepulangnya aku dari aktifitasku.
Menembus debu jalanan dengan penuh suka kebahagiaan.
"Akulah yang selalu Ada untukmu Dan akulah orang yang Akan membahagiakanmu" kubawakan jus kesukaannya, namun ditumpahkannya.

Entah, singkat cerita aku kehabisan Cara untuk meraih senja ini.
Aku juga ingin diperlakukan sebagaimana para  pencinta memperlakukan cintanya.

Lelah, ku berharap. Namun adzan maghrib menguatkan. Memanggil, berbisik lirih, "kembalilah kepada tuhanmu, esok Kan kau dapati senja yang baru".

Aku kembali kepada tuhan bukan untuk yang baru.
Aku Akan kembali menepati janjiku.
Aku juga akan bertahan hingga senja benar benar sudah tiada.

Sabtu, 27 Mei 2017

NOL EMPAT TIGAPULUH - Rindu ???

Seperti baru ingin memulai, tapi tanpa sadar ini sudah berjalan, Sering sekali terlupakan, sepenggal lirik dalam nyanyian rindu.

Sajak - sajaknya usang terkikis angin musim.
Alot berkandung asam.
Resah terhadap kekakuan.

Rumus itu turunan,
Sastra itu keindahan.

Sebaiknya tidak perlu memperdebatkan keduanya.
Hanya saja perlu sudut pandang yang berbeda untuk bisa menikmati rona dari keduanya.

Bertanam tanpa bibit.
Bersemi tanpa musim.
Petik saja nanti,
Ketika sudah bermekaran.
Simpan disebelah edelweiss mu.
Ini sama abadinya.

Irul audias

Senin, 06 Maret 2017

Dua tiga Nol Enam

Tubuh yang berselimut lelah.
Terbaring menghampar diatas kerinduan.
Otak dan hati yang terus mempertentangkan rasa dan arah.
Jemari ku genggam erat sebuah harapan.

Tatapan sayu yang masih menerawang.
Bait bait kehidupan
Rasa yang selalu terbayang.
Yang terbawa hanyut dalam sebuah tulisan.

Khalil Ghibran (cinta)
"Pabila cinta menggamitmu,
Ikutlah ia walau jalan-jalannya sukar dan curam.
Pabila ia mengepakkan sayap-sayapnya,
Engkau Serahkanlah dirimu kepadanya.
Walaupun pedang yang tersisip pada sayapnya akan melukakan kamu."

Bibir bergumam kaku membacanya.
Menyadarkan mimpi usang.
Mendobrak akal yang tidak sehat.
Ibarat bom waktu yang terus meneror ruang kehidupan.

Sayang disayang rasa takut berkilauan.
Semakin terang jalan kehancuran.
Semakin gelap kabut harapan.
Menghamba hati dengan keadaan.

Diri yang semakin memuakkan.
Pengecut!
Rentan!
Keras kepala!
Membuntu jalan sendiri.
Menyombongkan kebinasaan diri.

Kucing kucing kampung terdengar meraung.
Memecah hening malam.
Entah apa yang terlintas.
Dengan lelah dan kerinduan yang gila ini.

Inspired by khalil Ghibran (cinta)